Senin, 11 Juni 2018
KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT KUMPULAN PUISI SINDHUNATA (KAJIAN STRUKTURAL)
Oleh:
Muhammad Anang Syarif
Npm:16410118
Pbsi 4c
E-mail : anangcruth20@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tau akan isi dari puisi yang bertema kehidupan dalam masyarakat yang berjalan setiap hari dalam kehidupan disekitar kita. Namun, disini pula ada kritikan-kritikan dalam bait-bait puisinya dan juga menyinggung dalam kehidupan politik. Disini akan dijelaskan bahwa penelitian ini juga diperuntukan untuk memberikan wawasan dan juga memberikan pandangan terhadap kehidupan disekitar. Penelitian ini juga untuk mendeskripsikan strutur batin puisi karya sindhunata yang bertema kehidupan.
PENDAHULUAN
Puisi-puisi yang sejati, yang merupakan hasil kreativitas, merupakan gambaran bagaimana pikiran dan perasaan seseorang bergerak saat bersentuhan dengan realitas kehidupan. Meskipun demikian tidak banyak penyair yang dapat merekam realitas kehidupan yang ada di sekitarnya dan menuangkannya ke dalam puisi. Imajinasi dan keinginan yang terlalu menggebu-gebu seringkali terlalu mendominasi, sehingga karya yang dihasilkan tidak terlalu dibuat-buat. Melalui karya dapat dilihat bagaimana pandangan dunia penyair ketika dihadapkan pada suatu persoalan. Salah satu dari sekian banyak penyair yang mampu menuangkan pikiran kehidupan masyarakat ialah sindhunata. Seperti halnya puisi yang telah saya kaji karya sindhunata yang bertema kehidupan sebagai berikut :
Kajian tentang puisi sindhunata
Jula-juli guru
Susu semar
Bisikan daun-daun sabda
Puisi jula juli guru
Puisi tersebut merupakan puisi yang mengkritik sosial tentang pendidikan sekaligus potret dari pendidikan di Negara kita Indonesia. Dalam puisinya dituliskn dengan sangat halus melalui gaya bahasa bercandaannya tapi disitu juga tidak meninggalkan kesan menyinggung dan sinisnya yang cukup tajam.
Tercantum dari gambar pada puisi tersebut ada seorang lelaki yang memakai tas selempang dang mengenakan pakaian rapi gambar tersebut dapat diasumsikan sebagai sosok seorang guru atau murid yang menunjjukkan identitas akademik dalam dunia pendidikan. Sedangkan titik yang melingkari kepalanya merupakan gambaran dari pemikiran dari guruatupun murid tersebut yang sedang keruwetan yang dialaminya.
Dapat diketahui dengan sangat jelas bahwa hidup menjadi guru sangat luar biasa berat tanggung jawabnya yang diembannya. Karenanya si penulis ini menunjukkan dalam bait-bait puisi yang telah ia tulis dalam potongan bait teks puisi tersebut.
Bait pertama mengartikan sebagai guru itu sungguhlah berat dan ruwet namun sebagaimanapun menjadi guru sungguhlah bangga karena dapat menjadi panutan bagi muridnya.juga menggambarkan bahwa gaji yang sedikit tetep ia jalani terdapat dalam baitnya yang “aku ngelak tak ombeni ciu botole puteh njerone biru aku seneng dadi guru meskio mendem tetep digugu njebedudul cek enake ciu cap guru lan murid gajiku ithik mek dadi silit.
Bait kedua mengartikan bahwa menjadi guru itu pekerjaan yang mulia dan harus berhati-hati dalam mengambil tindakan maupun menjaga sifatnya untuk ditiru dan dijalankan oleh muridnya tertera dalam bait kedua “urip dadi guru iku panggilan urip sing mulia mula tindak tanduke kudu waspada”.
Bait ketiga semua yang telah diamalkan dalam pancasila harus diamalkan oleh seorang guru dan dijalankan dalam kehidupa sehari-hari karena dicantumkan dalam bait ketiga bahwa moral harus ditata agar tidak melanggar norma sebagai guru.
Dari potongan teks puisi tersebut dapat diketahui bahwa hidup menjadi guru sangat luar biasa tidak semua orang sanggup menjalankan apa yang telah dijalankan seoorang guru yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengajarkan kebaikan.
Menjadi seorang guru harus gigih tanpa memamerkan apa yang dia tengah lakukan dan guru harus rela berkorban apapun untuk muridnya terdapat dalam teks “kesetiaane kudu total tanpa pamrih lan rela berkorban kanggo anak didike”.
Dalam bait ke 9 diterangkan bahwa menjadi guru haruslah disiplin dan bertanggung jawab seperti datang tepat waktu jangan terlambat dan mendahului muridnya “budi ngajar ojo sampe terlambat supaya bisa teka dhisik sedurunge sekolah buka”.
Menjadi seorang guru wajib meningkatkan mutu kwalitas diri meski lelah harus rjin membaca,dan meskipun sudah letih jangan hanya membekali dengan teori melainkan memberikan contoh pada murid tingkah laku yang baik seperti dalam kutipan “ilmune perlu terus ditingkatna mula senajan kesel kudu sregep maca, nek ngajari murid ojo mek karo ilmu tapi ushana nyontoni murid karo tingkah laku”.dalam gambar dibawahnya merupakan kebalikan dari gambar diatas. Dominasi warna hijau justru ada di badan bagian pusar keatas. Bahwa ini menunjukkan adanya kontras atau hal menyimpang di dalam niat dan perbuatan seseorang dengan menjadi guru. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari potongan teks puisi jula-juli guru ini. Kata yang dapat dijadijkan petunjuk adaah “timbang mikir nasib lan susahe, urip iki lak mek mampir ngombe,golek ciu bothole gedhe, trima mendem timbang luwe dan ilmuku ilang kesingsal-singsal, aku miber ndukur awing-awang, leha-leha enak-enakan, nyanyi-nyanyi seneng-senengan”.dalam teks puisi ini pula seorng guru dan polisi saja yang menjadi abdi Negara tetapi dalam puisi tersebut polisi melakukan penyimpangan korupsi dalam bait berikut, “aku konangan nek guru negri, guru kok mendem, jare pak pulisi, tak awur ae lehku nyauri, sampeyan pak pilisi kok korupsi”.
Dalam teks puisinya yang bait-bait akhir si penulis mengungkapkan rasa kesalnya akan sosok polisi tersebut karena melakukan korupsi yang membuat negaranya hancur karena menindak hanya rakyat kecil dan hanya berleyeh-leyeh dan bersantai seta membandingkan dengan guru yang bekerja payah dan memikirkan ruwet.”
Dari teks maupun gambar yang ada daam puisi tersebut dapa dijadikan petunjuk untuk mengetahui sisi baik dan buruk seorang guru di dalam dunia pendidikan dan ternyata tidak hanya guru tetapu polisi sebagai abdi Negara juga banyak melakukan banyak penyimpangan.
Teori yang digunakan pendekatan struktural
Saya menggunakan teori struktural pengimajinasi sebagai unsur instrinsik puisi dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi.
Struktur Fisik Puisi
Pewajahan Puisi
Puisi jula-juli guru memiliki tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari 40 bait dan terdapat beberapa baris yang memiliki kesamaan dalam penggunaan huruf akhiran.jumlah bait pada puisi ini 2-6 baris pada baitnya.
Diksi
Puisi ini juga seperti memilih kata-kata secara cermat dan sederhana namun tajam dalam artinya.
Imaji
Sindhunata memunculkan imajinasi dengan menggunakan gambar yang ada dalam puisi ini beserta bait-bait puisinya yang sering mengimajinasi pembaca untuk masuk kesuasana tersebut.
Kata konkre
Dalam penulisannya sindhunata menggunakan kata konkret sebagai parodinya seperti mengatakan polisi yang ditulis “pulisi”.
Rima dan irama
Puisi ini memiliki rima yang semi konsisten karena pada baris diantaranya puisi ini berahiran u dan baris kedua dan seterusnya ada a dan lain-lain.Rima yang menunjukan menyinggung dalam teks puisi ini tertulis dalam teks “maju tak gentar kok malah mundur korupsi marakno negaraku ajur mumur jare pemrentah, pulisi iku jujur tapi kok saiki anane mek pulisi tidur ndhek endi-endi wong cilik kesandhung gurune kepuyuh kakehan ciu timbange nelongso ayo ngguyu”.
Struktur Batin Puisi
Tema
Puisi ini mengangkat tema tentang kehidupan seorang guru dan kritikan yang dilkukan oleh penulis ini untuk menyuarakan guru sebagai abdi Negara yang digugu dan ditiru oleh murid.
Rasa
Dalam hal ini penyair mengungkapkan perasaanya sebagai guru itu mengemban beban yang berat tetapi tidak mendapatkan yang setimpal sebagaimana telah dituliskan dalam teks “aku ngelak tak ombeni ciu botole puteh njerone biru aku seneng dadi guru masio mendem tetep digugu waduh duh duh cek enake ciuku cap guru lan murid dajiku titik mek dadi slilit”.
Nada
Puisi ini mengungkap perasaan ketegangan dan kegurauan si penyair .
Amanat
Pesan yang disampaikan oleh penyair ini sebagai para abdi Negara yang tinggal dinegara kesatuan Indonesia kita harus bertindak adil kepada setiap warga Negara. Di mata masyarakat dianggap mulia dan berjasa itu orang yang bertingkah laku sopan dah dapat menjadi panutan bagi masyarakat yang kurang tau akan kemajuan jaman. Derajat bukanlah sebagai tameng untuk melakukan penyimpangan sebb apa punsiapapun orangnya dirinya tidak sempurna dan tidak luput dari salah.
Puisi susu semar
Dalam kumpulan puisi sindhunata saya memilih untuk menganalisis susu semar karena menurut saya puisi ini sangat menarik dan juga baitnya yang tidak terlalu panjang dan susah untuk dipahami karena disini saya baru berlatih untuk menjadi analisis yang baik seperti analis yang diluar sana. Kali ini saya menganalisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang dilakukan dengan mengkaji tahapan tiap bait puisi.
Meskipun saya belum bisa memahami makna puisi ini secara sesungguhnya namun setidaknya ampu memberikan sedikit sedikit gambaran.
Susu semar
Semar itu bukan lelaki bukan wanita
Namun seperti lelaki seperti wanita
Tersimpan dalam buah dadanya
Susu penderitaan para wanita
Tak sadar semar memikat wanita
Dengan senyum,
Karena dalam dirinya penderitaan wanita
Terkandung,
Sekarang suka mesem,
Karena ia adalah semar mendem
Rumusan masalah
Pada kalimat pertama baris pertama penyair memberikan sebuah isyarat yang tidak mengsosokan wanit maupun laki-laki dapat kita lihat dari kutian”semar bukan lelaki bukan wanita”
Dimana kita tau bahwa teks puisi tersebut tertuju kepda waria/wanita setengah pria yang di gambarkan pada baris kedua dalam kutipan “namun seperti lelaki seperti wanita”
Lanjut pada kalimat ke tiga baris ketiga penyair memberikan sebuah penjelasan yang dikutip “tersimpan dalam buah dadanya” yang menggambarkan bahwa teks tersebut menunjukkan bahwa dadanya itu tidak asli melainkan memakai sesuatu yang menjadikan dirinya tidak lelaki tidak perempuan seperti yang di bahas dalam teks sebelumnya. Pertanyaan pengandaian juga muncul dalam baris ke tiga yang membingungkan pembaca.
Pada baris keempat bahwa si penulis menggambarkan bahwa penderita wanita yaitu pada umumnya memiliki dada atau susu yang berukuran kecil dan turun kebawah dimana dalam kutipan berikut “ susu penderitaan para wanita”.
Pada baris kelima pengandaianya terjadi ketika penyair menuliskan “tak sadar semar memikat wanita” dapat disimpulkan bahwa semar ini lupa akan siapa sosok dirinya sehingga ia lupa memikat wanita yang sebagaimana didalam kehidupan bahwa lelaki selalu memikat prempuan.
Baris keenam dan ketujuh “Dengan senyum, Karena dalam dirinya penderitaan wanita” semar ini atau siwaria ini tersenyum dengan tersadar bahwa dirinya ini sedang dalam sosok wanita.
Dalam baris selanjutnya terdapat bahwa semar ini telah merubah sepenuhnya wujudnya sebagaimana perempuan dan sekarang ia sudah bias tersenyum karena dia adalah semar yang gila akan kegerlapan dunia.
Tujuan
Tujuan dari penulisan puisi ini untuk menjalankan hidup itu harus pasti bukan gonta-ganti seperti dijelaskan pada kutipan "Semar itu bukan lelaki bukan wanita Namun seperti lelaki seperti wanita" . Dalam bait pertama dijelaskan bahwa bukan lelaki bukan perempuan merupakan yang mempunyai tidak pastian dalam hidupnya seperti dituliskan oleh penyair dalam puisi ini.
LANDASAN TEORI
Diksi
Dalam karyanya yang berjudul "susu semar" si penyair sering menjelaskan bahwa semar itu bukan lelaki bukan perempuan dalam artian semar ini seorang waria yang sebagaimana dijelaskan dalam bait puisinya "Semar itu bukan lelaki bukan wanita Namun seperti lelaki seperti wanita".
Pengimajinasian
Puisi ini banyak yang mencontoh para pembaca untuk membayangkan bagaimana sosok semar dalam puisi tersebit. Namun, setelah saya membaca dari puisi diatas bahwa imajinasi yang kuat untuk digambatkan bagaimana isi puisi teraebut penyair memberi imajonasi lewat batis puisinya yang "Susu penderitaan para wanita Tak sadar semar memikat wanitwanita". Tergambar dari kutipan tersebut bahwa si semar ini adalah sesosok lelaki yang berganti gendernya perempuan sebagaimana dalam bait tersebut penulis memberikan gambaran.
Kata Kongret
Dalam bait puisinya penyair beberapa kali mengulang kata "semar" pada baris-baris berikutnya dengan tujuan sebagai penjelas bagi pembaca.
Rima
Rima yang terkandung dalam puisi ini termasuk rima yang sulit untuk dipahami banyak pengulangan kata dan juga penyair memudahkan untuk pembacanya yang selaras karena seringnya pengulangan kata tersebut.
STRUKTUR BATIN PUISI
Tema
Puisi ini bertema kehidupan manusia yang menjelaskan tentang keadaan masyarakat dengan berbagai macam sifatnya termasuk dalam puisi ini. Puisi ini mengangkat kehidupan yang masyarakat yang menyeleweng dari kehidupannya dengan mengubah gendernya menjadi perempuan yang seharusnya ia lelaki namun ahirnya ia kembali menjadi lelaki.
Rasa
Perasaan yang dituangkan dalam puisi ini menegangkan tetapi disisi lain dalam puisi ini bahagia karena yang menjalankan kehidupannya ini dengan keinginannya sendiri dan dianggapnya sudah benar atas apa yang ia lakukan.
Nada
Puisi ini bernada agak tinggi sebagai halnya yang dilukis penyair dalam baris-baris dalam puisinya itu tergambar bahwa keyakinanya menukiskan puisi ini sungguh kokoh untuk ia gambarkan kepada pembaca.
Amanat
Pesan yang terkandung dalam puisi ini dari penyair merupakan sebagai manusia kita haruslah mensyukuri takdir yang diberikan tuhan atas kehendaknya. Manusia hanya mensyukuri bukan mengubah takdir, bahkan tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan.
Puisi bisikan daun-daun sabda
Analisis struktural karya sindhunata “bisikan daun-daun sabda” yang dalam hal ini puisi dapat dilakukan dengan mengurai unsur internal (diksi, imaji, kata kongret, bahasa piguratif) dan eksternal dalam puisi (tema, rasa, nada, amanat).
Rumusan masalah
Dalam puisi ini yaitu tergolong puisi kehidupan yang ada dalam kehidupan manusia yang digambarkan mealui bait-bait puisinya. Dalam kehidupan sering manusia mendapatkan ujian atau bahkan mukjizat dari tuhan yang membuat manusia itu menjadi manusia pilihn tuhan atau sering kita sebut sebagai nabi. Dalam bahasan saya kali ini saya ingin memechkan analisis ini dengan cara saya sendiri dan encoba mengembangkan puisi tersebut supaya lebih transparan.
Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk mencari arti dlam puisi “bisikan daun-daun sabda” karya sindhunata yang akan saya kupas atau analisis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme agar menjadi bacaan maupun pemecahan suatu karya sastra yang saya analisis.
LANDASAN TEORI
Diksi
Puisi karya sindhunata ini termasuk puisi yang bergambar, bagaimana tidak, dalam setiap puisinya hampir di dampingi oleh gambar sebagai ciri karya sindhunata gambar ini dikhususkan untuk menjadikan rambu-rambu si pembaca agar lebih paham akan makna maupun pesan yang disampaikannya ini.
Pengimajinasian
Dalam pengimajinasian ini si penulis memberi tanda dengan menggunakan gambar yang di ikutkan pada sebuah puisi ini. Gambar yang terdapat dalam potongan teks puisi ini berupa tiga daun yang di atasnya terdapat gambar mata (sesuai dengan judul puisinya mengenai daun-daun, yaitu bisikan daun-daun sabda) dan dibawah teksnya terdapat sebuah batu. Pengimajinasian ini dapat didapat sipembaca melalui gambar maupun dalan bait-bait puisinya yang sering memunculkan pemikiran terbawa oleh suasana puisi ini.
Kata kongret
Dapat dilihat disini bahwa kata yang terdapat untuk mengimajinasikan pembaca oleh si pengarang di buktikn pada pusi bait ahir baris pertama “suara itu menggugah aku” sebagai pembaca asti mengimajinasikan tek tersebut bahwa si pengarang ini tergugah. Bahwasannya dalam kehidupan nyata ini kata tergugah mrupakan kata yang ditunjukkan kepada seseorang yang tengah tertidur yang kemudian bangun. Kemudian dalam kutipan berikut, “dan jatuhlah daun-daun tua itu, menyanyikan bisikan sabda-Nya” ,dalam kutipan itu si pengarang mengajak pembaca untuk merasakan apa yang sedang ia rasa dengan menuliskan kata nyanyian yang terdapat dalan teks puisi tersebut.
Bahasa figuratif
Majas yang terkandung dalam puisi ini terdapat pada bait pertama “malam tenggelam dalam kata” majas ini digunakan si penulis dalam menggantikannya dengan mulut yang biasanya menhasilkan suatu kata kali ini si penulis mengubahnya dengan sebutan malam.
Bahasa figurtif atau majas ini kembali di tunjukkan si penulis dalam bait kedua baris kedua “malam diam tanpa pesona”, sebagaimana saya jelaskan tadi kutipan tersebut hampir sama dengan sebelumnya bahwasannya diam itu untuk dilakukan dengan indra suara dan si penulis ini menunjukan sebuah majasnya dngan mengunkan indra tubu manusia yang d majaskan menjadi sebuah alam atau tata surya.
Rima
Bunyi pada puisi ini tergolong indah oleh siapapun pembaca yang bisa mendalami lirik-lirik setiap baitnya seperti dalam teks “malam tenggelam tanpa kata, telah tidur daun mudanya, layu termakan rindu, menanti pagi yang semu”, disini si penulis tidak terdapat pengulangan kata melainkan pengulangan bunyi yang dihasilkan ketika si pembaca membacakan puisi ini. Bunyi-bunyi yang seterusnya pun hampir sama diulang-ulang karena puisi ini merupakan puisi perasa.
Tipografi
Tema
Dalam puisi ini sindhunata mengangkat kata pencitraan, yaitu tentang “kendati pahit apa yang kita hadapi sekarang, hidup kita akan berjalan perlahan-lahan” merupakan kata-kata si penulis untuk menunjukkan ketabahannya atau memberikan harapan kepada si lawan puisi tersebut. Dapat diartikan dalam puisi tersebut memiliki unsur bahwa si penulis ini memberikan suatu kata yang menggambarkan keadaannya kala itu sungguh kelam.
Rasa
Dalam hal ini si penyair bersemangat untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik dengan memberikan pesan kepada si lawan dalam puisi tersebut bahwasannya si penyair menunjukkan keyakinannya seseorang terhadap firman-firmaan dari tuhan supaya kehidupannya menjadi lebih baik.
Nada
Pada puisi bisikan daun-daun sabda karya sindhunata menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Keyakinan yang diberikan si penyair yang di dasari dengan keteguhannya kepada tuhan.
Keyakinannya ini tidak lain diberikan kepada si istri penyair maupun perempuan yang lebih muda darinya sebagaimana tertulis dalam bait panggilan lawannya kepada si penyair “mas”.
Amanat
Pesan yang disampaikan sindhunata secara khusus tentu ditunjjukkan kepada keyakinannya yang disertai keteguhannya kepada tuhan pencipta alam yang memberikan pencerahan bagi setiap insannya yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan kajiaan terhadap kumpulan puisi sindhunata dengan menggunakan pendekatan struktural, dapat dilihat bagaimana pandangan dunia pengarang secara utuh. Terdapat fakta-fakta kemanusiaan yang mempengaruhi puisi-puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi sindhunata. Fakta kemanusiaan tersebut yaitu keadaan kehidupan dalam masyarakat indonesia dimasa lalu sampai masa saat ini. Dalam kehidupan di masyarakat indonesia ini sangat beragam ruoanya dari yang masyarakat bawah sampai masyarakat menengah keatas. Disisi lain juga banyak masyarakat pinggiran yang ikut serta mengotori negara kesatuan ini. Dalam kajian ini dapat disimpulkan bahwa keberagaman negara indonesia tidak lepas dari kehidupan masyarakat dan pemimpinnya yang banyak aksinya. Jadi dalam hidup kita hatus tau diri kita siapa dan taat atas peraturan, bukannya kita itu siapa kita yang berhak mengatur, itu salah kaprah.
REFERENSI : https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+puisi+pendekatan+struktural&oq=#d=gs_qabs&p=&u=%23p%3DEhLjFIhtjCgJ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar